> Tahun 2015, Jakarta
Di
sore hari yang sejuk, terlihat beberapa anak perempuan sedang bermain-main di
sebuah taman yang terletak di pinggiran kota. Mereka terlihat sangat bahagia
dengan apa yang sedang mereka lakukan saat itu. ‘Tengggg’ terdengar suara
menggema dari tiang yang berbenturan dengan sebuah bola seakan memecahkan
damainya suasana.
‘Tuh kan, bolanya jadi hilang deh
Ay!’ teriak salah seorang cewe yang terlihat terengah-engah karena sudah lelah
berlari.
‘Bolanya masuk ke gedung tua itu
lagi. Aku gak mau tau, pokoknya kamu harus ambil bolanya!’ balas seseorang yang
lain.
‘Ayanaaa!!! Kenapa kamu selalu bikin
ulah sih??!!’ jawab cewe yg sedang duduk di sebuah kursi tua yang terletak di
samping taman.
‘Aduh, maaf ya. Aku nggak sengaja
hehehe.’ Seru Ayana.
Bola
yang terlempar akibat berbenturan dengan tiang tadi masuk ke sebuah gedung tua
yang telah lama ditinggalkan. Ayana menghampiri gerbang gedung tersebut dengan
langkah berat. Diperhatikannya gedung itu dengan seksama. Disana terlihat
tumpukan besi-besi tua yg menggunung di sudut gedung. Kondisi gedung tersebut
sangat memprihatinkan. Kaca jendelanya pecah, atapnya juga banyak yang
berlubang. Selain itu, banyaknya rumput liar yang tumbuh di halaman gedung
seakan menambah kesan kotor sekaligus menyeramkan. Ayana terlihat enggan untuk
memasuki halaman gedung tersebut, dihampirilah temannya yang sedang duduk di
kursi tadi. ‘emmmm.... aku beneran harus masuk kesana?’
‘Yaiyalah, masa kita yang harus
masuk ? kan yang jatuhin bolanya kamu’.
‘Kesana ? ke gedung itu ?’.
‘Kagak, kamu ke rumah bu RT aja ikut
ibu-ibu pkk! Yaiyalah kesana, orang bolanya masuk kesana’.
‘Tapi Bebyyy.... gedung itu serem,
terus ini udah hampir magrib lagi’
‘Terus kenapa? Kamu takut? Dasar
penakut hahahaha’.
‘Ih aku bukan penakut tau, Cuma agak
merinding aja hehehe. Emmm... temenin ya?? Plisss’.
‘Temenin kamu? Kesana? Ogah ah,
mending Aku dikejer bencong daripada harus masuk kesana. Aku sebenernya juga
takut sih masuk kesana hehehehe’ seru beby sambil tertawa kecil.
‘Berani berbuat berani bertanggung
jawab, iya gak Shan?’ cetus seorang anak yang menghampiri mereka ber dua.
‘Betul Betul Betul! Pantun yang
bagus Bil! ’ jawab Shania yg terlihat lebih tinggi dari mereka bertiga.
‘Itu bukan Pantun yaelah, Kamu di
sekolah ngapain aja sih? Sampai gak bisa bedain antara yang namanya pantun sama
Pepatah?’ timbal Nabilah.
‘Ya gitu deh, hehehe’ seru Shania
sambil tertawa kecil menahan malu.
‘ Lah, kok malah jadi debat gini
sih? Jadi, ada yang mau temenin aku masuk kesana gak?’ tanya Ayana dengan
sedikit memelas.
Ketiga
temannya saling berpandangan. Dan dengan mantapnya mereka bertiga serempak
menggelengkan kepalanya tanda menolak permintaan Ayana. ‘Huft, yaudah aku ambil
sendiri aja’. Dengan sedikit kecewa
Ayana berjalan meninggalkan teman-temannya menuju ke gedung tua tersebut.
Sedangkan temanya hanya tertawa kecil sembari memberi semangat melihat Ayana
yang pasrah akan nasibnya tersebut.
‘Semangat Ay! Kamu pasti bisa!’
teriak Nabilah.
‘Ayana! GOGOGO!’ sahut Beby dan
Shania secara bersamaan.
> Tahun 2035, Bawah Tanah kota
Jakarta
Di sebuah Labolatorium,
terlihat dua orang sedang sibuk mengoprasikan komputer. Mereka terlihat sangan
serius dengan apa yang mereka perbuat. Tiba-tiba datang seseorang menghampiri
mereka yang tidak lain adalah bos ke dua orang tadi. Dia melihat-lihat sejenak ke arah layar LCD,
kemudian bertanya kepada dua orang tadi. ‘Bagaimana? apa ada kemajuan?’.
‘Tidak bos, keadaan masih aman-aman saja’ jawab orang
pertama
‘Anak ini belum menunjukkan sesuatu yang mencurigakan
bos’ jawab orang ke dua
‘Pantau terus anak tersebut! Jangan sampai anak ini
melakukan sesuatu yang dapat menggagalkan rencana kita! Paham?!’
‘Siap, Paham bos’ jawab ke dua orang tadi secara
serempak.
Brakk!!! Tiba” terdengar
suara benda jatuh dari ruangan lain yang letaknya bersebelahan dengan
labolatorium tersebut.
‘Suara apa itu? Kalian berdua cepat periksa kesana!’ kata
Bos tempat itu.
‘Baik bos’ kata mereka.
Kedua orang tersebut kemudian
mengendap-endap ke ruang tempat asal suara tadi yang ternyata adalah sebuah
gudang senjata. Salah seorang dari mereka kemudian berteriak. ‘hei, siapa
disana?!!’
‘Kucing!!!
Eh maksud saya meong.. meong..’ sahut seseorang yang ada di dalam gudang
tersebut.
‘Oh kucing toh... ternyata kucing sob’.
‘Kucing yaa??? Berarti gudangnya aman-aman aja, cepat
kita beritahu Bos’.
Disaat ke dua orang tersebut
kembali ke tempat bos mereka berada, seseorang di dalam gudang tadi bergegas
keluar meninggalkan tempat tersebut sembari membawa sesuatu di tangannya. ‘Itu
penjaga tolol apa gimana sih? Mudah banget di boongin hahaha’ katanya dalam
hati.
‘Bagaimana? Apa ada sesuatu yang mencurigakan?’ tanya bos
mereka
‘Aman bos, ternyata cuma kucing’ kata salah satu dari
mereka.
‘Kucing? Yakin cuma kucing? ’
‘Yakin bos. tadi waktu si Asep tanya, dia jawab kucing
gitu’
‘Aduh! aku tau kalian bego, tapi begonya jangan
kebangetan dong. Mana ada kucing bisa ngomong!!’ kata Bos mereka mulai geram.
‘Bener juga ya...’
‘Aku tak mau tau, kalian harus segera tangkap siapapun
yang menyusup di tempat kita!! Sekarang!!!’
‘Bbaa... baa.. baik bos’ kata mereka seraya berlari
kembali menuju gudang tadi.
Sesampai di gudang tersebut,
mereka tidak menemukan satu orang pun disana. Mereka kemudian memeriksa ke
dalam gudang apakah ada sesuatu yang hilang. Wajah ke dua orang tadi mendadak
pucat setelah mereka tahu bahwa senjata terkuat yang ada di tempat itu telah
dicuri. Salah seorang dari mereka
kemudian berlari ke labolatorium untuk memberitahu kabar yang sangat buruk ini
ke bos mereka. ‘Boss!! Gawat bos!! Gawat!!’
‘Ada apa?’.
‘Light Booster Gear telah dicuri!!’
‘Apa??!!’
‘Light Booster Gear telah dicuri!!!’
‘Apa??!!’
‘Bos, situ tuli apa kagak sih? Saya teriak kaya gini masa
gak denger?’
‘Apa?? Kamu ngatain saya tuli?’
‘Tii.. tidak bos (anjirr giliran dihina dia malah
denger)’ kata penjaga tersebut dalam hati.
‘Sialan! Siapa yang berani-beraninya mencuri senjata
rahasia kita! Kata bos.
‘Ya mana saya tau, kalo tau mah udah kita tangkep tadi’
jawab penjaga tersebut.
‘Hey! Siapa suruh kau jawab?!! Mau mati kau hah?!’
‘maa.. maaf bos’
Setelah mengetahui bahwa
senjata terkuat mereka telah dicuri, Bos tempat itu segera mengumpulkan pasukan
dan mempersiapkan armada tempur besar-besaran untuk mencari dan menangkap
siapapun yang berani mencuri senjata mereka.
> Tahun 2015, Jakarta
Dibukanya gerbang gedung itu
oleh Ayana. Dengan langkah pelan namun
pasti, Ayana masuk ke halaman gedung tersebut. Dengan seksama Ayana
melihat-lihat sekeliling halaman guna mencari bola yang hilang. Namun setelah sekian
lama mencari, usahanya tidak membuahkan
hasil. Dia tetap tidak menemukan bola yg dicarinya. Yang terlihat hanyalah
tumpukan besi-besi bekas, kayu serta pecahan kaca yang tersebar di seluruh
halaman gedung. ‘Aduh, mana sih bolanya?’ kata ayana yang mulai gelisah. Rasa
gelisahnya berangsur menghilang tatkala dia melihat bola yang dicarinya berada di dalam gedung.
Ayana menghampiri pintu
gedung tersebut. Ia berfikir sejenak, bagaimana mungkin bola yg terlempar tadi
bisa masuk ke dalam gedung ini. Ketika ia hendak membuka pintu gedung itu, ia
di kejutkan oleh suara teman-temannya.
‘Ay, kok lama sih?’ teriak Nabilah.
‘Lah, kenapa
kalian kesini? Katanya tadi takut?’.
‘Abis kamu lama sih. Kita kan jadi khawatir’ sahut Beby.
‘Bolanya udah ketemu belom?’ tanya Shania.
‘Udah,
ini aku lagi mau ambil bolanya, tuh didalem san.....’ Ayana kaget karena bola
yang dia lihat tadi tiba-tiba menghilang.
‘Mana?’
tanya Nabilah.
‘Kok
hilang? Serius tadi bolanya ada disana kok’ kata Ayana tidak percaya dengan apa
yang barusan terjadi.
Ayana segera membuka pintu
gedung dan berjalan ke arah jatuhnya bola yang ia lihat tadi. Namun, sebelum ia
sempat memeriksanya. Tiba-tiba ia dikagetkan oleh sebuah suara yang
memanggilnya dari belakang.
‘Hey, mencari ini?’ kata sebuah sosok misterius yg
tiba-tiba muncul di dalam gedung.
‘Itu bolaku! Kembalikan!’ seru Ayana.
Teman-teman Ayana yang
mengetahui bahwa Ayana tidak sendirian di dalam gedung, segera bergegas
menghampiri temannya tersebut. Mereka takut terjadi apa-apa dengan diri Ayana.
‘Siapa itu Ay?’ tanya Beby.
‘Gak tau, tapi yang pasti dia telah mencuri bola kita’
sahut Ayana.
‘wow wow wow.... mencuri sungguh kata yang kejam, aku
tidak mencuri’ potong sosok misterius tadi.
‘Udah jangan banyak cakap, itu buktinya bola kita ada di
tanganmu. Cepat kembalikan!’ kata Nabilah.
‘Wah, sepertinya kita memulai pertemuan ini dengan buruk
ya. Baru datang udah dituduh mencuri hahahaha’ jawab sosok tadi sambil tertawa.
‘Kenapa kamu tertawa? Apa ada yang lucu?’ kata Shania.
‘Santai santai... jangan keburu marah dulu, aku datang
dengan baik-baik. Ijinkan saya memperkenalkan diri. Nama saya....’
Belum sempat sosok tadi
meneruskan kalimatnya, tiba-tiba ada sebuah tembakan yang melayang tepat ke
arah mereka. Beruntung, tembakan itu meleset dari sasaran. Serentak mereka ber
lima yang ada di dalam gedung mendadak kaget dengan apa yang barusan terjadi.
‘Sial, mereka datang terlalu cepat, Kalian semua, cepat berlindung!!!’ teriak
sosok tadi kepada Ayana dan temannya. Ayana dan teman-temannya sangat
kebingungan dengan apa yang telah terjadi. Mereka hanya diam, tidak tahu apa
yang harus dilakukan.
‘Sial, kenapa mereka cuma diam saja’ kata sosok tadi
dalam hati.
‘Woy, kalian cepat berlindung!! Kalian mau mati apa?’
katanya melanjutkan.
‘Berlindung! Berlindung! Cepat berlindung!’ kata beby
seakan tersadar.
‘Ayo kesana!’ seru Ayana kepada teman-temannya.
Ayana dan teman-temannya
kemudian berlari ke arah sebuah sofa tua dan bersembunyi dibaliknya. Desingan
peluru terdengar memenuhi ruangan gedung tersebut. Terlihat dari luar beberapa
orang dengan senjata api menembaki mereka ber lima dengan brutal. Mereka
terlihat seperti sekumpulan prajurit. Sosok tadi seperti tidak mau kalah
membalas orang-orang tadi dengan senjata yang dimilikinya. Baku tembak antara
merekapun tidak dapat terelakkan.
‘Sial, aku tidak bisa berlama-lama disini. Kalau aku
sampai mati maka perjuanganku selama ini akan sia-sia’
‘Hey kalian, cepat ambil ini!’ kata sosok tadi sembari
melempar beberapa mini pistol ke arah Ayana dan teman-temannya.
‘Apa ini?’ kata Ayana.
‘Macam pistol’ seru Nabilah.
‘Lucu ya bentuknya hihihi’ sahut Shania.
‘Yaelah malah ngerumpi, cepat kalian bantu aku. Tembaki
mereka yang ada diluar kalau kalian masih ingin bernafas besok pagi’
‘Ini gimana ngegunainnya?’ tanya Beby
‘Tekan tombol shoot, setelah cukup daya arahkan ke arah
musuh lalu tembak’ jawab sosok tadi.
‘Apa? gimana? gimana?’ jawab ke empat cewe tersebut
serempak.
‘Good luck’ jawab
sosok tadi yang kemudian berdiri dan berlari ke arah datangnya serangan
sambil terus menembak.
Sosok tadi berhasil mengenai
2 musuh dan kemudian bersembunyi di balik pilar. Musuh mereka semakin mendekat.
Orang-orang yang menembaki mereka telah masuk ke dalam gedung. Sosok tadi hanya
bisa berlindung di balik pilar sambil sesekali membalas tembakan musuhnya.
Ayana beserta teman-temannya masih kebingungan bagaimana cara menggunakan
senjata yang diberikan kepada mereka. ‘Aduh, gimana sih cara ngegunainnya?’
keluh Ayana.
‘Kalo gak salah sih, dia tadi bilang tekan tombol shoot.
Tombol shootnya yang mana ya?’ kata Nabilah.
‘Mungkin yang ini, coba saja tekan’ jawab Shania sambil
menunjuk ke sebuah tombol.
‘Hust, jangan asal tekan dong. Ntar kalo salah tekan
terus benda ini meledak gimana? Kita bisa mati’. Sahut Beby.
Sementara ke 4 cewe tadi
sedang menerka-nerka cara menggunakan senjata mereka, sosok tadi telah
terkepung oleh musuh yang menyerang mereka. Terlihat para prajurit itu sudah
mengelilingi pilar yang digunakan sosok tersebut untuk melindungi diri. ‘Hey,
angkat tangan dan buang senjatamu!’ ancam salah satu prajurit. Karena tidak
bisa berbuat apa-apa lagi, dia hanya bisa menuruti apa yang dikatakan oleh
prajurit tersebut. ‘Hai kawan kalian terlihat tampan hari ini’ kata sosok
tersebut sambil mengangkat tangan.
‘Sudah, tidak usah basa-basi lagi! Cepat katakan dimana
kau sembunyikan senjata itu?’ kata prajurit tersebut sambil menodongkan
senjatanya ke sosok tadi.
‘Senjata? Senjata apa? Aku tidak mengerti apa maksud
kalian’
‘Kau jangan pura-pura bodoh! Kau mau mati sekarang hah?’.
‘Eits tunggu dulu, kita bisa bicarakan ini baik-baik.
Kalian mau senjata? Oke akan aku berikan kalian senjata, kalian mau senjata
apa? Pistol? Machine gun? Atau bazoka?’.
‘Sepertinya kita hanya buang-buang waktu dengan dia, cepat
kita bunuh saja dia’ kata seorang prajurit kepada temannya.
‘Wait waitt... Stop stop...’ teriak sosok tadi mencoba
menenangkan para prajurit tersebut.
Ketika Para prajurit tersebut
hendak menekan pelatuk mereka, tiba-tiba para prajurit tadi berjatuhan ke
tanah. Rupanya mereka mati tertembak peluru yang diarahkan ke arah mereka.
‘Yeah, dapat satu!’ teriak Nabilah.
‘Satu aja bangga, aku kena dua’ ledek Shania
‘Hust,kita sudah bunuh orang kok kalian malah bangga?
Kita telah berdosa!! Kita telah berdosa!!’ kata beby.
‘Aduh Beb, kamu masih mikirin dosa bahkan disaat seperti
ini? Kita tadi hampir aja mati tau’ jawab Ayana sambil menepuk jidatnya.
‘Rupanya kalian bisa juga mengoperasikan benda itu. Tidak
buruk untuk seorang pemula hahaha’ kata sosok tadi menghampiri mereka.
Seakan tersadar sosok tadi
sedang menghampiri mereka berempat, Ayana tiba-tiba mengarahkan pistolnya ke
sosok tadi.
‘Stop disitu!’ teriak Ayana.
‘Wey, ada apa ini?’ kata sosok tersebut
‘Siapa kamu sebenarnya? Dan untuk apa kamu datang
kemari?’.
‘Ay, kamu kenapa sih? Bukannya dia tadi sudah menolong
kita? Kata Shania.
‘Tenang, kita bisa bicara baik-baik’ kata sosok tersebut.
‘Sudah cepat jawab!’ lanjut Ayana.
‘Oke oke jika kamu memaksa. Namaku Ivan datang dari tahun
2035, Alasanku kesini untuk menyelamatkanmu serta memperingatkanmu bahwa
nyawamu berada dalam bahaya.’ Kata sosok tadi
‘Tahun 2035? Menyelamatkanku? Kau pasti bercanda, cepat
katakan yang sebenarnya atau akan ada peluru yang bersarang dikepalamu!’ jawab
Ayana tidak percaya.
‘Sudah ay sudah, turunkan pistolnya’ seru Beby mencoba
menenangkan Ayana.
‘Aku berkata yang sejujurnya, sebaiknya kamu dengarkan
temanmu dan turunkan senjatamu’.
‘Buktikan Omonganmu! Buktikan bahwa kamu benar-benar
datang dari masa depan!’
‘Itu! Benda yang kamu pegang adalah salah satu buktinya,
bukannya aneh melihat senjata seperti itu di jaman seperti ini? Melihat
bentuknya saja kamu tidak percaya kan bahwa benda tersebut dapat diproduksi di
tahun ini?’ kata Ivan mencoba menjelaskan.
Ayana melihat sejenak pistol
yang dibawanya. Ia berfikir sejenak. ‘Memang, senjata seperti ini mutahil untuk
diproduksi di masa sekarang. Mungkin orang ini benar, mungkin ia memang berkata
jujur’ pikirnya. Setelah yakin bahwa orang yang berada di depannya bukanlah
ancaman, Ayana segera menurunkan pistol yang dibawanya tersebut.
‘Akhirnya kamu percaya juga’ kata Ivan.
‘Mengenai masalah tadi, kamu bilang nyawaku dalam bahaya?
Apa maksudmu yang sebenarnya? Tanya Ayana.
‘ Jadi sebenarnya.....’
Sebelum Ivan sempat
meneruskan kalimatnya, tiba-tiba Nabilah terjatuh ke Tanah. Terlihat di bahunya
banyak darah yang mengalir. Nabilah tertembak tepat di bahu sebelah kanan yang
menyebabkan ia tak sadarkan diri. ‘Nabilahhh!!!!!’ teriak ke tiga cewe
tersebut. Mereka bertiga menangis melihat temannya terluka parah.
‘Nabilah bangun!!!’ kata Shania.
‘Bil bangun bil, jangan tinggalin kita’ Ayana meneruskan.
‘Sial, siapa yang melakukan ini’ lanjut Ivan.
Ivan melihat ke sekitar ruang
gedung, mencoba mencari pelaku penembakan yang terjadi terhadap Nabilah. Merasa
tidak menemukan pelakunya, Ivan berkata kepada ke tiga cewe tersebut. ‘Cepat!
Bawa wanita itu keluar dari sini! Disini tidak aman!’ teriak Ivan
memperingatkan. Ayana dan Shania membopong Nabilah keluar dari gedung.
Sedangkan Ivan masih berada di dalam gedung memeriksa ruangan mencoba menemukan
siapa pelakunya. Setelah yakin bahwa di dalam gedung tidak ada siapa-siapa
lagi, Ivan segera keluar menyusul Ayana dan Teman-temannya.
‘Cepat, bawa wanita itu masuk ke dalam Pesawatku! Kata
Ivan
‘Pesawat? Pesawat apa? Disini tidak ada pesawat’ kata
Shania.
Ivan mengeluarkan sebuah
kotak kecil dari sakunya dan melemparnya ke tanah. tiba-tiba kotak kecil tadi
berubah bentuk menjadi sebuah pesawat. Ayana dan teman-temannya hanya bisa
terperanga terhadap apa yang dilihatnya. ‘Sudah, jangan diam saja! Cepat
masuk!’ kata Ivan.
‘Tunggu dulu, dimana Beby?’ kata Ayana.
‘Iya dimana Beby?’ lanjut Shania.
‘Beby? Siapa Beby? Tanya Ivan melanjutkan.
‘Itu temenku yang satu lagi’ jawab Ayana.
‘Kulihat kalian sedang kebingungan’ tiba-tiba terdengar
suara dari atap gedung tua tersebut.
Terlihat seorang berbadan
tinggi besar dengan jubah hitam dan topeng besi berdiri diatap gedung.
Disampingnya terlihat sesosok gadis muda yang sedang pingsan dan tidak lain
adalah Beby. Entah sejak kapan Beby bisa tertangkap oleh orang tersebut.
Bahkan, sang penulis ceritapun tak tahu mengapa Beby bisa tertangkap.
‘Hey siapa kamu? Kembalikan Beby!!’ teriak Ayana kepada
orang tersebut.
‘Zenta! Kenapa kamu kesini? Apa urusanmu dengan gadis
itu?’ seru Ivan
‘Zenta??!!’ kata Ayana dan Shania secara bersamaan.
‘Jadi kamu kenal dengan orang itu?’ tanya Shania.
‘Yap, dia adalah penjahat yang paling kejam di tahun 2035
dan ia adalah musuh bebuyutanku’.
‘Weyy tidak usah menjelek-jelekanku di hadapan
gadis-gadis cantik ini dong hahaha’ sahut Zenta sambil tertawa terbahak-bahak.
‘Sudah kebalikan saja gadis itu kepada kami, dia tidak
ada urusurannya’ teriak Ivan
‘Gadis ini memang tidak ada urusannya, tapi kaulah
urusanku kenapa aku datang kemari. Kalau kau ingin gadis ini kembali dengan
keadaan hidup, maka temui aku di Monas besok. Dan pastikan bahwa kau datang
sendirian’ kata Zenta.
Tiba-tiba munculah sebuah
portal waktu di belakang Zenta. Dan dengan cepatnya ia menghilang masuk ke
dalam portal tersebut. Dan dalam sekejap portal itu menghilang bersamaan dengan
menghilangnya Zenta. Ayana dan Shania menangis mengetahui bahwa temannya telah
diculik oleh orang asing dan teman yang lainnya berada dalam keadaan sekarat.
‘Teman kalian berada di masa depan’ kata Ivan.
‘Masa depan?’ tanya Ayana.
‘Iya, masa depan. Kalau kalian ingin teman kalian
kembali, kita harus kemasa depan’ lanjut Ivan menjelaskan.
‘Tapi, bagaimana dengan Nabilah?’ tanya Shania khawatir.
‘Tenang, kita rawat dulu dia dengan peralatan medis yang
ada di pesawatku. Yang terpenting sekarang, kita harus cepat mengejar Zenta’.
Ayana, Shania, dan Ivan
segera masuk ke dalam pesawat untuk merawat Nabilah. Ivan kemudian menuju kokpit pesawat dan menekan
tombol auto pilot guna membawa mereka ke masa depan. Tiba-tiba di depan pesawat
muncul sebuah portal waktu dan pesawat mereka melesat masuk ke dalam portal
tersebut.
To
Be Continued...
Created By : Ivan Efrizal
(@ivanefrizall)